Living in Harmony with Nature: What Is It?
Oleh: Adhisa Fathirisari Putri & Saskia Ayu Khairunnisa Marseno
Hidup selaras dengan alam.
Apa yang tersirat di benakmu ketika mendengar hal itu? Sebagian orang mungkin akan membayangkan bentangan alam yang hijau nan indah, dengan pepohonan rimbun dan danau jernih yang tersembunyi di baliknya. Namun, tulisan ini bukanlah pembahasan mengenai kekayaan alam di bumi, bukan pula kampanye penyelamatan lingkungan. Di sini, kita akan membicarakan bagaimana kita dapat hidup dalam harmoni dengan alam, dimana “alam” yang dimaksud mencakup hakikat semesta dan segala isinya, termasuk manusia.
Bagaimana hakikat manusia (human nature) itu? Untuk menjawab pertanyaan ini, kita dapat mencoba melihat bagaimana hakikat makhluk hidup lain terlebih dahulu, misalnya domba. Domba menghabiskan seluruh hidup mereka di padang rumput, menjalani hari-hari dengan makan, buang air, tidur, dan berkembang biak. Mereka memakan rumput (dan bukan semut) karena memang itulah makanan mereka, mereka berkembang biak karena mereka didesain untuk mempertahankan eksistensi spesiesnya dengan menciptakan keturunan baru. Sifat dan perilaku domba yang demikian terbentuk berdasarkan hakikat yang mereka miliki, yaitu hakikat sebagai domba.
Berbeda dengan domba dan hewan lainnya, manusia memiliki rasionalitas dan kapasitas mental yang memungkinkan kita untuk berpikir. Selain itu, tidak bisa dipungkiri bahwa manusia bersifat sosial — kita adalah sekumpulan makhluk yang tidak bisa hidup tanpa menjalin koneksi dengan satu sama lain. Dengan sifat rasional dan sosial tersebut, manusia hidup dalam sistem kemasyarakatan yang jauh berbeda dari kehidupan domba. Namun, tentu saja tidak ada yang salah dari perbedaan itu. Domba dan manusia memiliki hakikatnya masing-masing yang telah ditentukan oleh alam.
Manusia didesain untuk “berfungsi” sebagaimana mestinya sebagai makhluk hidup yang rasional dan sosial. Dengan demikian, hakikat manusia (human nature) ialah untuk hidup dengan sebaik-baiknya berdasarkan rasionalitas dan kesosialan yang kita miliki. Hidup yang baik (virtuous life) pada dasarnya dapat dicapai dengan melakukan hal-hal yang baik pula, seperti bersikap baik pada orang lain, menjaga kesehatan, serta belajar dengan tekun. Bila kita menjalani hidup sesuai dengan hakikat yang kita miliki sejak lahir, maka dapat dikatakan bahwa kita hidup selaras dengan alam. Sebaliknya, seseorang yang terbiasa membiarkan emosi mengalahkan akal sehatnya, memakan makanan yang tidak baik bagi tubuh, serta mementingkan diri sendiri merupakan contoh manusia yang hidup menyimpang dari alam.
Manusia memanglah individu yang terlihat begitu “hidup” dan hakikat yang dipikulnya datang dari dirinya sendiri. Akan tetapi, hakikat manusia itu dapat pula disempurnakan dengan keberadaan lingkungan di sekitarnya. Lingkungan dalam hal ini tidaklah sebatas manusia atau suasana yang ada di sekitar manusia, tetapi termasuk bentang alam (tumbuhan, pemandangan, dsb) atau bahkan benda-benda mati.
Pada dasarnya, manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat lepas dari interaksi bersama manusia lainnya. Ketika kamu membeli kopi, misalnya, tentunya kamu harus berinteraksi dengan seorang kasir atau barista mengenai kopi yang kamu inginkan, bukan? Atau ketika kamu meminta tolong, tentunya kamu akan meminta tolong pada orang lain, bukan? Begitulah, gambaran bahwa manusia merupakan makhluk sosial yang akan terus membutuhkan satu dengan yang lainnya.
Segala hal yang ada di sekitar kamu sangat erat kaitannya dengan manusia. Ketika kamu pergi ke kedai kopi, kamu tidak mungkin membuat kopi itu sendiri, kan? Pastinya, ada seseorang yang membantumu untuk membuat minumanmu itu. Apabila kamu membuat sebuah gambar, misalnya, gambar itu bukanlah hasil karyamu sepenuhnya. Tidak, aku bukannya tidak mengapresiasi apa yang kamu lakukan. Akan tetapi, banyak hal pendukung yang tidak kamu sadari merupakan hasil jerih payah orang lain. Misalnya, pensil yang kamu gunakan dibuat oleh manusia atau setidaknya ide pembuatan pensil itu datang dari manusia. Kemudian, pendistribusian pensil tersebut juga melibatkan manusia. Bahkan, hingga proses membeli pensil tersebut. Bayangkan, hanya satu barang saja meliputi berbagai hasil jerih payah manusia.
Setiap manusia memiliki perannya masing-masing. Maka, kita sebagai manusia tidaklah bisa hidup murni sebagai individu. Kita akan berhubungan, baik secara langsung maupun tidak langsung, dengan setiap manusia yang ada di bumi ini. Peran setiap manusia itu sangat mungkin untuk bersifat sebagai sesuatu yang timbal balik. Misalnya, kamu memiliki pensil untuk menggambar dan setiap manusia yang terlibat dalam pemprosesan pensil itu mendapatkan sesuatu kembali untuk kehidupannya. Ya, memang hidup itu layaknya roda yang berputar, kamu berbuat apa akan berdampak pada orang lain.
Selain itu, manusia juga sangat berkaitan hal-hal yang datang dari alam, baik alam buatan maupun tidak, seperti tanaman, hewan, baju, rumah, dan sebagainya. Segala hal yang ada di alam dapat mempengaruhi kehidupan manusia. Misalnya, ketika kamu sedang kedinginan, kamu mencari matahari untuk mendapatkan kehangatan. Atau kamu ingin mempelajari sesuatu kamu bisa membaca buku atau artikel.
Lingkungan kita, apapun itu yang ada di sekitar kita, memberikan pengaruh tertentu pada diri kita. Karena itu, kita dapat berhenti sejenak dan perhatikan alam di sekitar kita. Beristirahatlah. Kamu bisa mendapatkan perspektif baru dan yang lebih baik dari permasalahan yang sedang kamu alami. Dengan kamu bisa memahami lingkunganmu, kamu bisa memahami pula berbagai perjuangan manusia untuk mempertinggi kualitas hidupnya. Kamu pun juga bisa mempertinggi kualitas hidupmu.
Manusia dan lingkungan tidak dapat terpisahkan dan saling membutuhkan. Kita selalu berada dalam lingkungan dan lingkungan tetap akan ada dalam diri kita. Apa yang kita lakukan akan terus mempengaruhi lingkungan, begitu pula yang disediakan oleh lingkungan untuk kita. Dengan itu, hubungan timbal balik antara manusia dan lingkungan akan terus berjalan.
Manusia dan lingkungan merupakan dua faktor yang saling terikat, berinteraksi dan selalu mempengaruhi. Perilaku manusia dapat mempengaruhi lingkungan dan lingkungan pun dapat berpengaruh terhadap perilaku manusia. Dalam hal ini, berarti antara manusia dengan lingkungan akan selalu terjadi hubungan timbal balik. Manusia dan lingkungan juga merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dan saling membutuhkan antara satu dengan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
https://dosensosiologi.com/faktor-hubungan-sosial/